Jumat, 20 Desember 2013

Amazing Lombok

FROM LOMBOK WITH LOVE


Air Terjun Benang Kelambu

“Intermezo”

Seperti  air yang mengalir  ,tak  pernah salah memilih tempat  mengalir mengikuti  lekuk indah permukaan bumi , untuk kemudian menyatu di lautan menghijau.

Walaupun tak kan mudah untuk sampai pada tujuan,namun setidaknya jejak yang ditinggalkan akan membentuk relief kehidupan yang indah,yang dapat kita nikmati di hari nanti,meski  tak pernah tahu kapan akan sampai atau bahkan  tak pernah sampai  pada samudera luas.

Seperti  jejak di air terjun benang kelambu, tempat terindah yang bisa kita jangkau sedekat dekatnya.

Dan seperti  jejak di air terjun Tiu Kelep,ada perjalanan indah menembus tapak batu sungai yang membelah,mengalir dan seakan berkata akan banyak tantangan rintangan ke depan,  “…bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh,bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat,apapun itu,segala keinginan, mimpi,cita cita,keyakinan diri….”

Aku bersyukur   untuk…
 Anugerah   menikmati  indahnya ciptaan-Nya.
Anugerah mengungkapkan segala rasa apa adanya
Anugerah  memahami  yang tersirat dan membaca yang tersurat
Anugerah  mengenal dirimu


Day 1. “Perjalanan Indah”

Perjalanan singkat Surabaya Lombok terasa begitu bersemangat,pagi jam 05.40 pesawat Citilink yang membawaku dalam perjalanan ini lepas landas,meski sepanjang perjalanan dilaporkan cuaca tidak begitu bersahabat,dari jendela kulihat awan tebal di bawah sana,kemudian yang terlihat hanya putihnya awan karena pesawat memasuki gugusan awan tebal,sudahlah..aku tutup jendela,dan kupasang handset untuk mendengarkan music sekaligus mengusir perasaan was was akan kondisi cuaca saat itu.

Wajah Bandara International Lombok

Perasaanku menjadi tenang ketika pesawat sudah mendekati Bandara international Lombok di Praya,cuaca berubah menjadi terang dan cerah,sehingga bisa kulihat gugusan pulau kecil di Lombok Timur,sempat aku mengira ngira letak Pink beach yang rencananya akan kukunjungi nantinya.

Sudut Menarik Solaria di BIL

Akhirnya tiba juga di Lombok dengan selamat, tak lupa foto foto sebentar disekitar Bandara,karena ternyata hari itu banyak orang orang  melakukan hal yang sama,pastilah mereka sedang berwisata juga seperti kami.

Mencari Rejeki Di Bandara International Lombok

Beberapa saat menunggu akhirnya datang juga kawan kawan dari Denpasar yang memang sebelumnya sudah berjanji ketemu disana,senang rasanya karna  sudah cukup lama nggak bertemu hingga kemudian    bersama  kami  menuju Mataram dengan naik Bus Damri,dilanjutkan dengan taksi menuju penginapan untuk segera mempersiapkan perjalanan di hari pertama.

Taman Narmada dan Pantai Kuta adalah tempat yang akan kami kunjungi di hari itu plus Tanjung Aan kalau masih ada waktu tersisa.

Taman Narmada

Taman Narmada adalah peninggalan dari Raja Karangasem di Bali yang juga membangun Taman Ujung di Amlapura,dibangun sebagai miniature dari gunung Rinjani.

Gerimis menyambut di Taman Narmada,meski tak menyurutkan langkah untuk tetap menikmati keindahannya, dan tentu saja nantinya akan menjadi kenangan manis.

"Berlabuhlah"  @ Taman Narmada

Puas menikmati taman itu perjalanan berlanjut ke Pantai Kuta di Lombok Tengah,lumayan jauh juga jaraknya,sehingga sempat beberapa kali bertanya orang untuk menemukan jalur yang benar,maklum rambu yang ada masih membingungkan,walaupun saya sudah persiapkan peta besar.

Gapura View Taman Narmada

Menjelang sore tiba juga di Pantai Kuta, ada batu karang yang menjadi point view disana, sayangnya untuk bisa menikmati keindahan dari atas batu itu harus rela berbagi dengan rayuan gadis gadis kecil yang terus merayu menjajakan souvenir,dan mengikuti kemanapun pergi,bahkan sampai ke puncak batu karang itu, ada cerita kegigihan memperjuangkan hidup disana.

Kolam Renang Di Miniatur Gunung Rinjani

Puas di Pantai Kuta perjalanan berlanjut ke Tanjung Aan,dengan bekal bertanya tanya kepada penduduk tibalah kami di Pantai Batu Payung,yaa bukan Tanjung Aan seperti tujuan semula,lagi lagi karena minimnya rambu dan membingungkannya petunjuk yang diberikan ketika kami bertanya tanya.

Batu Karang Ku,@ Pantai Kuta

Pada akhirnya perjalanan hari itu diakhiri dengan menunggu kawan kawan dari Jakarta yang akan datang pada malam hari itu.

Bukit Zorro @ Pantai Kuta
Hujan begitu deras hingga nggak ada pilihan selain hanya meringkuk di mobil,sambil istirahat,bercerita dan menikmati pemandangan Bandara Lombok di malam hari.


Day 2. “Benang Stokel,Benang Kelambu.. Menakjubkan”


Air Terjun Benang Kelambu

Hari kedua terasa begitu santai hingga tak terasa hari sudah agak siang ketika aktivitas harus dimulai.

Berbekal peta yang kubawa akhirnya sampailah di pintu gerbang menuju air terjun benang stokel dan benang kelambu,dan segera kami disambut orang muda yang mengaku penjaga .

Indahnya Air Terjun  Benang Kelambu

Agak kesal juga sebetulnya dengan mereka yang seperti memaksa untuk menjadi pemandu,tetapi akhirnya kuputuskan juga untuk tidak menggunakan jasa mereka. Hal seperti ini yang harus dibenahi bagi mereka yang berkepentingan dengan kemajuan pariwisata di sana, demi kenyamanan dan keamanan pengunjung.

Dari Sudut Lain Benang Kelambu

Jalan menuju Benang Stokel cukup lumayan,sudah berpaving dan lebar lebih dari satu meter sehingga leluasa jika dibuat jalan berduaan atau berpapasan dengan orang lain.

Air Terjun Benang Stokel

Ternyata hanya 15 menit  jalan kaki sudah sampai di benang stokel,keindahannya sudah terasa ketika dari kejauhan terdengar  suara derasnya air terjun,perlahan mulai  nampak pemandangan indah dari balik rimbunnya pohon,melengkapi keindahan suasana yang seakan memang dipersembahkan khusus pada hari itu,jadi teringat the law of attraction, sungguh tak terlupakan.

Bagian Lain Air Terjun Benang Kelambu
Bahkan pada perjalanan berikutnya menuju Benang kelambu,melewati jalan setapak di tengah rimbunnya hutan,menjadi moment indah,naik dan turun serta berlikunya jalan meski terlihat sulit tapi justru disana semakin terlihat betapa indahnya hari itu.

Puncaknya adalah ketika dari kejauhan mulai menyembul Air Terjun yang membuat sejenak terpana karena keindahannya yang luar biasa, Benang Kelambu,yaa akhirnya sampai juga disana.

Duduk terdiam terpana,itulah yang bisa dilakukan  sesaat  tiba disana..betapa luar biasanya anugerah yang telah diberikan untuk kita nikmati,dan tak terasa tiba tiba ada perasaan dari dasar hati yang terdalam yang tak bisa di bendung untuk ungkapkan semuanya.

Namun semuanya harus berakhir karena waktu sudah menjelang sore,masih ada tujuan yang harus dikunjungi sehingga walaupun ingin rasanya berpuas puas disana tetapi harus juga meninggalkannya.

Dan masih lewat jalan yang sama,berliku,naik,turun,melewati titian kayu kecil di tengah rimbunnya hutan, semuanya indah.

“Pura Batu Bolong”


Senja Di Pura Batubolong

Sore itu adalah saat yang tepat untuk berburu sunset,dan tujuannya adalah pura Batu Bolong,disana tak banyak yang dapat diceritakan selain menikmati  keindahan sore yang sangat special.


Pura Batubolong

Menjelang Senja

Day 3. ” Air Terjun Sendang Gile dan Tiu Kelep”


Sendang Gile

Sekitar 2.5 jam perjalanan dari kota Mataram kearah Lombok utara,tepatnya dikaki gunung Rinjani, di desa Senaru, adalah tempat dimana air terjun ini berada.

Air Terjun Sendang Gile

Tidak seperti hari sebelumnya di Benang Stokel yang penjaganya seperti memaksa, di sini kami leluasa untuk melakukan persiapan perjalanan tanpa “gangguan” dari penawaran pemandu, biaya masuk hanya lima ribu rupiah per orang dan bahkan parkir mobil pun gratis.

Jalan setapak yang telah dibangun sedemikian rupa menjadikan perjalanan disini semakin nyaman,tak heran jika terlihat lebih banyak pengunjung disini disbanding di benang stokel,domestic maupun mancanegara.


Bagian Atas Sendang Gile

Tak perlu waktu lama ternyata Sendang Gile sudah di depan mata, air terjun yang bertingkat ini sudah Nampak indah dari kejauhan, dan di bawahpun terlihat beberapa wisatawan asing sedang menikmati derasnya air terjun.

Tak lama disana kami lanjutkan menuju Tiu Keleb,letaknya di atas sendang gile dengan jalan yang sudah terawat juga, sehingga kami nyaman dibuatnya.


Satu hal yang membuat perjalanan ke Tiu Keleb luar biasa adalah adanya jalur sungai,yaa kita harus rela mengikuti aliran sungai yang terkadang licin dan deras,sehingga harus hati hati.

Namun justru disinilah ada keunikan dan tantangan,  lagi lagi keindahannya  akan menjadi kenangan yang tak terlupakan,seru dan hebat.

Perjalanan yang lumayan sulit akhirnya terbayar dengan indahnya Tiu keleb,sejenak kami terpana keindahannya,airnya yang dingin mengalir mengundang kami untuk segera menceburkan diri disana.

Akhirnya kami pun menceburkan diri di bawah air terjun, segar terasa dan sepuas puasnya menikmati dinginnya air.

Sungguh suasana yang sangat special hari itu,seakan tak ingat lagi dunia di luar sana yang hiruk pikuk.Di sini seperti menemukan keindahan abadi.

Lagi dan  lagi moment yang sangat special ada disana,sulit untuk diungkapkan dengan kata kata, dan yang  akan selalu  terbawa  selamanya, a thousand years.

Bagaimanapun perjalanan harus diakhiri,kami pun pulang dengan sejuta kenangan indah di sana, entah kapan kami kembali lagi,yang jelas dengan waktu dan suasana yang berbeda.


“Malimbu Peak dan Senggigi”


View Dari Puncak Malimbu

Perburuan sunset berlanjut di kedua tempat indah ini,puncak Malimbu dan Senggigi. Perpaduan gunung dan pantai serta suasana senja di tempat ini sungguh menjadi moment yang sangat indah,melengkapi perjalanan hari itu yang memang terasa sangat berkesan.

Sulit Mengatakan Keindahannya

Menikmati keindahan dari tempat ini memang lebih banyak memanjakan mata,sehingga lebih tepat rasanya kalau gambar gambar indah ini bisa menceritakan betapa indahnya tempat ini.

Sandhyakalaning

Dan ini adalah hari terakhir di Lombok,besok harus balik lagi ke dunia nyata,meski masih tersisa setengah hari yang cukup untuk mengunjungi tempat tempat disekitar kota Mataram.


Day 4. The Last Day " Taman Mayura,Pura Meru,Banyu Mulek"

Pura Meru

Jika hari pertama adalah yang paling ditunggu tunggu,maka hari terakhir ini adalah hari yang sangat ku benci, karena harus meninggalkan Lombok dengan sejuta kenangan indah yang entah kapan terulang,bahkan jika sempat kesana pun rasanya moment nya tak akan pernah sama.

Keramik Di Banyumulek

Hari ini yang  dikunjungi adalah Taman  Mayura yang ada di tengah kota,sebuah taman air yang nyaman untuk bersantai melepas penat, dan persis di seberang taman ini terlihat pura Meru yang berjajar menjulang tinggi tiga buah Meru, meru artinya gunung, dan pura meru terlihat ada tiga buah berjejer rapi.
Taman Mayura

Tak lama disana perjalanan dilanjutkan ke Banyu Mulek,sebuah Desa Wisata tempat membuat kerajinan keramik.

Another View Mayura
Akhirnya sampailah pada bagian yang sangat tak menyenangkan, meninggalkan Lombok,meninggalkan semuanya,bahkan meninggalkannya sendiri di Bandara.

Jumat, 01 November 2013

Baluran

Baluran

Taman Nasional Baluran,Africa Van Java..
Ya..disanalah kita bisa melihat dan merasakan kegersangan suasana benua Afrika,lengkap dengan aneka satwa yang hidup dengan bebasnya.

Hutan Hijau Sepanjang Tahun

Dua tujuan utama kami di tempat ini adalah  Bekol Bird Watching dan Pantai Bama.

View Savana dari Bekol Bird Watching
View Ke Arah Gunung Argopuro Dari Bekol Bird Watching
Perjalanan menuju Bekol kami lalui melewati jalanan berkerikil tanpa aspal,walaupun nampak jelas sisa sisa aspal yang sudah lama rusak,tetapi memang inilah suasana yang menjadi ciri khas Baluran,semakin menunjang suasana sebagai africa van java.

African Like
Suasana kering dan gersang di sepanjang perjalanan sangat kami nikmati,hingga masuk ke area hutan hujan tropis sepanjang tahun,sungguh beda dengan suasana sebelumnya yang kering,begitu masuk kawasan hutan nan hijau ini seakan menjadi penyegar suasana,dan menariknya suasana ini hanya sebentar,sekitar satu kilometer kemudian kembali suasana afrika yang sangat kering tersaji di hadapan kami.


Tengkorak Banteng

Padang rumput mengering dan luas kami lewati,sehingga terasa betul african taste nya,terlihat seekor badak di bawah pohon di kejauhan,demikian pula seekor burung merak yang mengais makanan, ayam hutan berseliweran di sepanjang jalan,aneka burung warna warni melintas dan hinggap di pepohonan kering,juga monyet di sana sini.
Rumput Kering

Akhirnya tibalah kami di Bekol,segera kami turun, sebelum turun ada pula teman kami yang ganti kostum,gaya afrika...

Sanavah Bekol
Tak perlu menunggu lam kami langsung menuju Bekol Bird Watching,yang tingginya sekitar 10 meter dan terletak di atas perbukitan. Bergegas naik tangga rasanya sudah nggak sabar melihat pemandangan yang pasti sangat mempesona, dan benar saja sungguh lukisan Tuhan yang di sajikan untuk kita nikmati,benar benar betah rasanya berlama lama di sini,apalagi dalam cuaca yang panas terik ini,ada hembusan semilir angin dan suasana teduh karena berlindung di bawah bangunan yang menjulang ini.

Di Keteduhan
Puas disana,perjalanan kami lanjutkkan menuju pantai Bama,sebuah pantai yang masih asli dan tak banyak pengunjung,sehingga sangat leluasa bagi kami untuk menikmati suasana pantai ini.

Pantai Bama
Memang tidak sebagus suasana pantai kuta,sanur ataupun tanah lot,tetapi keaslian pantai di tengah taman nasional ini tetplah menarik untuk di kunjungi,apalagi jika suasana sore,pasti tersaji pemandangan yang cukup menarik.

Pantai Yang Sunyi
Tak banyak yang bisa kami lakukan di Pantai ini selain duduk duduk,hingga saya pun jadi nggak betah sampai akhirnya sedikit meng explore keindahannya di balik pepohonan yang menjulang, saya nekad menembus hutan kecil ini dan sampai di sebuah spot yang menarik,batu batu di pinggir pantai yang berserakan mengingatkan saya pantai Tanjung Penyusuk di Bangka,ya.. memang mirip.

Mirip Tanjung Penyusuk, Bangka
Akhirnya kami akhiri perjalanan ini, kami pulang dengan rasa puas, meski capek dan penuh peluh,tetapi cukup mengobati rasa cinta kami akan keindahan yang di sajikan Tuhan, dalam rangkaian Ijen-Baluran.

Seorang Teman Yakin Banget Batu Ini Berasal Dari Letusan Gunung Agung Bali
Sisi Lain Pantai Bama Yang Indah
Lagi Lagi Pantai Yang Indah
Mengingatkanku Suasana Pantai Di Bangka
Dari Keteduhan
Ranting Kering Dan Harapan
Dari Frame Yang Selalu Indah





















Ijen....Work Hard Play Hard


IJEN.....Work Hard Play Hard

Ijen mengisyaratkanku bahwa bila dalam hidup dan kehidupan ada kesulitan ataupun duka dan sejenisnya maka hadapilah dengan  "biasa biasa aja" , tak perlu larut terbawa,karena hanya akan  menarik duka duka yang lain yang bisa jadi berlomba lomba memunculkan dirinya.

Karenanya kusadari  ternyata anugerah terindah yang ada jauh lebih banyak  dan akan lebih banyak lagi muncul dihadapan ku. Aku tinggal membingkai  lewat frame kehidupan yang kita arahkan sendiri kemana kita mau, hingga nampak semakin jelas anugerah itu nyata dihadapanku ,persis seperti Ijen dengan penghuninya,dengan penikmatnya,dan dengan Pencipta-Nya.

Ketika kutemukan  satu frame yang indah,maka frame indah yang lain seakan menuju diriku,menunjukkan dirinya,dirinya dan dirinya.....yang tak pernah sebelumnya,dan tak pernah kuduga......kuakui...ku main hati...ku main hati......
(Walah  kok jadi mencomot syair lagu nya  Andra n The Backbone.... Main Hati)

Okay...Inilah Ijen ku...

Cerita dulu....

Rencana awal yang kususun berangkat dari Malang menuju Baluran,terus malam hari dilanjut ke Ijen melalui Bondowoso,namun seiring dinamika di perjalanan maka keberangkatan yang semula jam 6 pagi harus mundur hingga jam 9, alhasil sampai di Baluran pun sudah lebih dari jam 4 sore.

Ketika sudah sampai pintu gerbang TN Baluran,ternyata jam kunjungan sudah ditutup,artinya baru esok hari baru boleh masuk,nego pun nggak berhasil, akhirnya selepas magrib kami meluncur ke Banyuwangi,untuk persiapan menuju Paltuding,hal ini sudah diluar skenario awal yang akan mmelewati Bondowoso,akhirnya kami sepakat untuk lewat jalur Banyuwangi saja yang memang lebih dekat di banding jalur Bondowoso dari arah Baluran.

Jadilah sekitar pukul 19.30 kami berempat naik ke Paltuding,kawasan terakhir sebelum trekking ke Ijen.
Jalan yang gelap dan menanjak cukup menarik untuk dilewati,walaupun terkadang ada juga rasa ngeri,khawatir saja bila terjadi mogok atau ganti ban,wah bisa horor suasananya.Tetapi Alhamdulilah perjalanan lancar jaya,didukung jalan aspal hotmix sampai ke Paltuding membuat perjalanan semakin nyaman.

Sampai di Paltuding sekitar pukul 21.00, suasananya gelap,listrik hanya di bagian tertentu saja di kawasan itu,itupun tak lama lagi akan dimatikan,sehingga hanya sinar bulan yang menerangi temaram kawasan ini.

Bagiku suasana ini justru semakin indah,seolah melupakan hiruk pikuk dan lalu lalang orang yang sibuk dengan hidup dan kehidupannya di dunia nyata, yaa ini seperti di dunia lain saja.

Blue Fire
Sayangnya di Paltuding sinyal XL maupun Tri  nggak mau bersahabat,mereka menyembunyikan diri sejak jalan mulai menanjak naik di area perkebunan kopi yang tadi kulewati,padahal aku berharap dan berharap dapat tetap berkomunikasi,berbagi suasana dan tentu saja ber  Kakao Talk dengan emoji yang lucu dan kadang juga menggambarkan suasana hati, tapi sudahlah,rasanya memang harus allout menikmati keindahan Ijen,hingga sinyal pun seakan tak mau mengganggu keindahannya.

Menjelang Sun Rise
Kami berencana untuk naik ke kawah ijen jam 2 dini hari,dan sengaja kami duduk duduk menunggu jam keberangkatan itu diterangi sinar bulan,tetapi dinginnya suasana akhirnya membuat kami masuk ke mobil untuk menghangatkan diri sambil mendengarkan musik,kebetulan yang dapat giliran menyanyi Cakra Khan... harus terpisah...waa semakin membuat semua diam..sepi....dan tertidur.

Inilah Tambang Belerang itu
Ramai orang orang diluar membangunkan kami,kulihat jam masih jam 1 dinihari,tetapi lumayan juga bisa sedikit istirahat setelah kelelahan di perjalanan seharian tadi,akhirnya satu per satu kami persiapkan diri,kemudian melangkah menuju sebuah warung untuk sekedar mengganjal perut dengan Mie Instan dan teh panas.
Ada Aktivitas Pekerja dan Fotografer yang sibuk mengabadikan

Kira kira jam 2 pagi,kami berangkat,mulai menyusuri jalan berdebu namun lebar dan menanjak,tentu masih diikuti sang rembulan yang semakin kelihatan bundar bersinar,mengantar perjalanan kami dan juga rombongan lain yang cukup besar.

Lereng Bibir Kawah Ijen
Perjalanan malam hari memang tak terasa sehingga bisa membantu mengurangi rasa capek yang terkadang muncul karena melihat tantangan di depan yang kelihatan mendebarkan.

Danau,Kawah dan Tebing
Aku teringat kata kata indah yang sangat ku suka dalam film 5 cm :
 'saat ini yang dibutuhkan hanyalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,leher yang akan lebih sering melihat ke atas,lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan yang akan selalu berdoa..'

Larut
Tak terasa bibir kawah ijen sudah di depan mata,walaupun kaki sebetulnya masih belum begitu terasa capek... (hehe....nyombong dikits),tetapi perjalanan masih belum selesai,dan ini justru yang sangat menantang, walaupun jalannya menurun tapi terjal,berbatu dan pasti berbahaya.

Naik dari kawah tambang belerang
Berbekal lampu senter kecil kami mulai menuruni batu terjal dengan perlahan,tak jarang kami berhenti dan minggir untuk memberi kesempatan para penambang belerang yang sudah naik dari kawah....OMG aku sangat terharu dan nggak bisa membayangkan ritme kehidupan mereka,dini hari sudah harus memikul belerang di jalan batu kawah ijen yang sangat terjal, betapa ini pesan pelajaran yang disampaikan Tuhan padaku untuk selalu bersyukur pada Nya.

Danau Kawah View
Tujuan utamaku turun ke kawah adalah demi menikmati indahnya si api biru,blue fire yang keluar dari kawah belerang, dan kami pun akhirnya sampai pada jarak yang cukup dekat,lalu dengan cepat juga jepret sana sini.

Menyambut Pagi
Belum puas menikmati si api biru angin berubah arah menerjang kami semua,hingga bau menyengat dan menyesakkan memenuhi ruang paru paru, sangat  menyesakkan,hingga banyak yang berlari menjauh,cepat naik menghindar. Aku memilih berlindung di balik batu,karena kupikir pasti angin nggak akan langsung menerpa,dan betul juga.saya bisa bertahan disana,tentu saja dengan berlindung dan kututup seluruh kepala dengan kumasukkan ke kaos dan jaket.

Kokoh Dan Angkuh
Di luar kudengar orang orang masih batuk batuk, pertanda serangan asap belum mereda,saya masih bertahan di balik batu, hingga nggak ada lagi suara suara batuk,dan perlahan kuintip keluar dari persembunyianku...dan ternyata aku telah sendiriaan disana,orang orang telah menjauh...syukurlah serangan mereda dan akupun bisa melanjutkan menikmati api biru.

Sisi Lain View Dari Bibir Kawah
Bagaimanapun tempat itu bukan habitat kami yang nggak mungkin bisa bertaha lama disana,sayapun putuskan untuk naik ke bibir kawah, jalan terjal mendaki di hadapanku,hari masih gelap,semangat tetap menyala menunggu kemunculan sang surya pagi,SunRise di Kawah Ijen.

Istirahat Sejenak Untuk Melangkah

Nggak lama menunggu munculnya sang surya,akhirnya suguhan keindahan itu muncul,seiring itu pula tersibak pula keindahan sejauh mata memandang kawah ijen,sungguh menakjubkan.

Indahnya Tak Terlukiskan

Moment Dari Balik Persembunyian Hembusan Angin Dan Debu

Merangas Di Bibir Kawah

Menunggu Sun Rise

Mozaik

Di Perjalanan Pulang