Sabtu, 27 April 2013

Episode Kelud


Episode Kelud

Terinspirasi tayangan expedisi cincin api dan cerita teman teman tentang gunung Kelud,saya pun ingin tahu seperti apa sih gunung yang ada di wilayah Kabupaten Kediri dan Blitar ini.

Awalnya saya tak begitu bersemangat ketika teman teman mengajak ke tempat ini, karena saya beranggapan pastilah biasa biasa saja,nggak terlalu istimewa.Tetapi syukurah anggapan saya itu 100% keliru.

Tebing Kokoh Bersebelahan Dengan Kawah
 Mengawali perjalanan menuju gunung Kelud,akses yang paling mudah adalah melalui Kota Kediri,kalau dari dalam kota kita tinggal mencari arah ke Kecamatan Wates,selanjutnya tinggal ikuti saja arah ke gunung Kelud dengan mengikuti petunjuk arah di jalan yang lebar dan mulus itu.

Jalan  itu berakhir di sebuah rest area yang  disediakan bagi wisatawan yang mau beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan naik gunung Kelud,di tempat itu juga terdapat loket pembayaran masuk lokasi wisata,per orang hanya Rp 8000 saja.

Setelah Rest Area, perjalanan mulai terasa menanjak dan berbelok belok serta jalan yang tak lagi lebar, tetapi masih cukup mulus sehingga tak ada kendala berarti, pemandangan pun mulai nampak indah  diawali dengan suguhan pemandangan kebun nanas yang luas di kiri kanan jalan ,sekali sekali kami juga menjumpai  petani yang sedang menebar pupuk di sela sela deretan kebun nanas, sayang saat itu tumbuhan itu belum ada yang waktunya panen.
Bersiap melewati  jalan misteri 

Semakin ke arah gunung, kebun nanas berganti dengan hutan, hingga kami tiba di sebuah tempat yang dinamakan Jalan Misteri, kemisteriusan jalan ini terletak pada sebuah jalan yang kalau arah Kediri/bawah kita lihat jalan sedikit menurun tetapi faktanya ternyata naik, sehingga kita harus menginjak pedal gas,demikian pula dari arah sebaliknya atau dari arah gunung,jelas jalan beraspal itu terlihat sedikit naik tetapi justru kendaraan kita meluncur dengan sendirinya seperti jalanan sedang menurun,menurut cerita hal ini disebabkan karena adanya medan magnet seperti yang terdapat di jabal magnet Arab Saudi,tetapi ada pula yang berpendapat ini adalah ilusi optik yang membuat mata kita melihat seolah olah jalan sedang menurun,padahal sebetulnya sedang menanjak,dan sebaliknya. Mana yang benar? entahlah,tetapi bagi kami sama sekali tak masalah, yang penting sudah merasakan sendiri keajaiban alam ini.

Semakin tinggi  perjalanan menuju kawah, jalan semakin meliuk liuk walaupun tetap mulus,tetapi di kiri kanan adalah jurang yang dalam, sehingga kita harus extra hati hati,apalagi kalau sedang berpapasan dengan kendaraan lain dari depan,tak jarang salah satu harus berhenti untuk memberi kesempatan yang lainnya disamping demi keamanan kita sendiri.
Pemandangan Indah 

Tetapi justru sepanjang perjalanan di atas gunung inilah kita dibuat takjub dengan indahnya pemandangan yang tiada duanya,tingginya tebing yang menjulang berpadu dengan dalamnya jurang dengan kontur tanah yang bervariasi plus jalan beraspal di punggungnya menjadi tempat yang sangat indah, seolah olah kita sedang berada di negeri asing di atap dunia.

Sejujurnya sepanjang perjalanan menuju kawah inilah saya sangat menikmati keindahan gunung Kelud,tetapi akhirnya kami tiba disebuah rest / parking area,saya tak menyangka sebuah tempat dibangun di atas gunung,tempat inilah yang saya lihat tadi dari kejauhan persis suasana yang sering kita lihat di national geographic,seperti sebuah desa di Himalaya.

Di Ujung Terowongan Menuju Kawah Kelud
Hari sudah sore ketika kami tiba di area parkir,sehingga kami diijinkan untuk langsung menuju kawah dengan membawa mobil melewati sebuah terowongan,biasanya pengunjung harus jalan kaki melewati terowongan ini.

Di ujung terowongan kami disambut pemandangan yang membuat takjub,kombinasi tebing terjal yang menjulang tinggi dan disebelahnya adalah bekas danau kawah gunung kelud yang saat ini sedang berkembang menjadi anak gunung.Dengan diselimuti  kepulan asap pertanda panas lava yang terdorong dari dalam magma,anak gunung itu kini telah memenuhi seluruh danau kawah sehingga tak nampak lagi bekas danaunya,berganti dengan anak gunung berapi yang terus tumbuh membesar,mudah mudahan tidak sampai meletus yang sangat membahayakan kita semua…Entah sampai kapan.


Bekas Danau Kawah Yang Berganti Anak Gunung



Rabu, 03 April 2013

Bedugul,Kintamani,Tirtha Empul,Tanah Lot

Bedugul,Kintamani,Tirtha Empul,Tanah Lot

Setelah posting saya tentang keindahan sisi timur pulau Bali, kali ini saya coba explore kawasan yang sudah biasa menjadi langganan para wisatawan, ada sisi menarik  yang tidak biasa saya jumpai dari  kunjungan saya sebelumnya ke tempat ini. Saya yakin untuk menikmati keindahan negeri para dewata ini  tak akan pernah selesai, akan selalu ada keindahan dan  hal baru untuk kita nikmati.

Danau Bedugul

Pura Ulundanu dan Danau Bedugul, semua orang  pasti tahu tempat indah ini,lukisan dan foto sebuah Pura di pinggir danau Bedugul telah banyak menghiasi media di tanah air bahkan dunia,karena memang keindahannya yang luar biasa.
Pura Ulundanu dari sisi utara

Tempat ini merupakan tujuan pertama  dari serangkaian yang kami rencanakan dalam perjalanan  hari ini,sebelum menuju Kintamani,Tirtha Empul dan Tanah Lot.

Sebenarnya ini kali ketiga saya ke tempat ini,tetapi kali  inilah yang paling dapat saya nikmati,karena suasana yang lebih nyaman,terlebih sengaja kami pilih pagi hari tiba disana,yakni jam enam pagi, ya..jam enam pagi saya bersama keluarga sudah tiba di Danau Bedugul,bahkan loketpun masih belum  dibuka.

Pagi itu danau masih berkabut,matahari masih enggan menampakkan kehangatannya,tetapi suasana ini justru menambah indahnya suasana, apalagi pagi itu belum ada satupun wisatawan yang datang,sehingga suasana masih hening, segar,dan indah yang tak dapat lagi dilukiskan dengan kata kata.

Saya duduk dan termenung sejenak di pinggir danau, betapa tanah air kita ini penuh dengan karunia berupa keindahan  dan budaya yang luar biasa.


Bedugul di Pagi Yang Indah

Hal ini nampak sekitar  pukul tujuh ada beberapa orang perempuan dengan busana kebaya khas Bali  plus bunga kamboja terselip di telinga,membawa sesajen untuk diletakkan di Pura dan beberapa tempat lain di sekitar danau,tentu hal ini menambah  suasana menjadi lebih indah di pagi hari itu.

Cukup lama kami menikmati keindahan di pagi hari itu,hingga satu per satu wisatawan mulai berdatangan sehingga suasana mulai ramai seiring menghangatnya sinar mentari,dan kamipun mulai berkemas untuk melanjutkan perjalanan menuju Bukit Kintamani.

Jalan Pintas Menuju Kintamani

Dari Bedugul menuju Kintamani sengaja kami tidak lewat jalur biasanya, karena harus memutar cukup jauh. Jalur yang kami lewati kali ini adalah jalan kecil beraspal dengan lebar tak lebih dari tiga meter, ditambah kondisi  jalur yang  berbelok belok dan naik turun yang cukup curam,sehingga hanya kendaraan kecil saja yang bisa melewati jalur tersebut.

Jembatan Tukad Bangkung

Menemukan jalur pintas tersebut cukup mudah,kalau dari arah Tabanan maka jalur tersebut berada kira kira sepuluh kilometer sebelum Pura Ulundanu di Bedugul,ada papan petunjuk kecil ke arah Kintamani tepat di persimpangan jalan kecil dan menurun, disitulah arah menuju Kintamani dimulai.

Di sepanjang jalan pintas itu kita akan menikmati pemandangan alam yang indah,di awal perjalanan kita menikmati sawah terassering yang menghijau di kiri kanan jalan yang naik turun, kemudian setelah tiba diatas sebuah bukit maka berganti pemandangan  kebun kopi,dan kita berjalan tepat di tengah tengah kebun kopi tersebut,hingga akhirnya tiba di sebuah jalan yang mulai lebar dan mulus.



Sempat kami melewati sebuah desa khas pedalaman Bali,sayang nama desa tersebut tidak kami ketahui,yang jelas desa tersebut dikelilingi pagar tembok bata merah khas Bali,dan sepertinya ada persiapan  kegiatan upacara para penghuni di dalamnya.

Di perjalanan tersebut kami juga sempat berhenti sejenak di pinggir sebuah jembatan yang belakangan kami tahu dari beberapa teman di Bali merupakan jembatan tertinggi di Asia Tenggara, nama jembatan itu adalah Jembatan Tukad Bangkung. Dan jauh di bawah jembatan itu ternyata digunakan untuk arung jeram, tepatnya di sungai Bangkung.

Ngeri juga rasanya melintas di atas jembatan yang begitu tinggi,tetapi perjalanan tetap harus kami lanjutkan hingga akhirnya sampailah kami di sebuah pertigaan di tengah hutan,ke kiri menuju singaraja dan ke kanan menuju Kintamani,artinya Kintamani sudah semakin dekat.

View Gunung Batur dari Bukit Kintamani

Benar juga,beberapa menit lagi akhirnya kami sampai juga di Bukit Kintamani dari arah atas,segera kami parkir kendaraan dan keluar menikmati sejuk lembut angin di bukit Kintamani. Terlihat dari jauh Gunung Batur yang menjulang indah dengan di kelilingi Danau Batur di bawahnya,disana ada Desa Trunyan yang terkenal dengan tradisi pemakamannya, sayangnya perlu alokasi waktu tersendiri jika ingin menuju desa tersebut,dan hari ini kami harus merelakan diri tak bisa mengunjungi Desa Trunyan. Someday I must visit  the Village..

Tirtha Empul

Hari sudah menjelang siang ketika kami tiba di sebuah pemandian Tirtha Empul,yang letaknya tepat di bawah Istana Kepresidenan Tampak Siring.

Seorang Turis Tertegun Menyaksikan Upacara

Hari itu di Tirtha Empul kebetulan sedang ada acara upacara, sehingga pengunjung sangat banyak,dan  kebanyakan adalah masyarakat Bali yang akan melaksanakan ritual.

Tentu  menemukan moment seperti ini tak akan kami lewatkan,kami pun ikut masuk menuju pemandian dan mendapatkan sebuah ritual yang cukup menarik, yakni mandi besama di sebuah kolam dengan beberapa pancuran. Ritual ini merupakan perlambang untuk mensucikan  diri, bahkan dengan mandi di kolam ini dipercaya dapat menghilangkan penyakit.

Saya hanya termenung di pinggir kolam,menyaksikan bagaimana masyarakat Bali menjalankan ritualnya di tempat ini,sekaligus teringat bahwa masyarakat Bali dahulu adalah berasal dari Jawa,dan jika mau mengetahui hidup dan kehidupan masyarakat jawa di jaman Hindu maka dapat melihat hidup dan kehidupan masyarakat Bali saat ini, terutama dari segi ritual keagamaannya.

Akirnya siang hari semakin panas, kami putuskan untuk menuju Kuta,untuk istirahat sejenak di sebuah Hotel yang sudah kami booking sebelumnya,karena sore hari kami rencanakan menikmati sunset di Tanah Lot.

Tanah Lot

Semula kami ragu apakah bisa sampai di tanah lot menikmati sunset, karena sore hari itu kawasan kuta sangat padat, lalu lintas merayap pelan melewati kawasan pantai kuta,tetapi kami terus saja maju (emang nggak mungkin balik kok...hehe..) ,hingga akhirnya keluar juga dari keruwetan lalu lintas,tepatnya di kawasan Seminyak. Dan perjalanan pun kami teruskan menuju arah barat,yang sebetulnya saya tidak tahu persis arah jalan, nekad saja pokoknya , dan inilah enaknya, di Bali itu banyak arah petunjuk jalan, sehingga kemanapun kita menuju,jarang sekali tersesat jika kita mau memperhatikan rambu petunjuk.

Sunset Di Tanah Lot

Setelah mengikuti banyak rambu lalu lintas menuju Tanah Lot,akhirnya sampai juga kami disana,keinginan menikmati sunset yang menakjubkan di Tanah Lot  akhirnya kesampaian juga, kami tidak terlambat tetapi juga tak terlalu cepat,sehingga moment sunset yang kami buru pas dengan kedatangan kami.

Di pinggir pantai banyak sekali wisatawan yang mempunyai tujuan sama dengan kami,s menikmati sunset yang begitu keren.

Setelah puas menikmati sunset, kami pun balik ke hotel melewati jalur yang sama dengan keberangkatannya tadi tetapi lewat tengah kota Denpasar.

Dan perjalanan hari itu kami akhiri dengan belanja di Toko Oleh Oleh Kresna di Jalan Nusa Indah Denpasar. Akhirnya kami istirahat,esok kami akan menikmati sunrise di pantai sanur,bermain main di Benoa,GWK dan tentu saja sore hari ke Jimbaran.