Jumat, 01 November 2013

Baluran

Baluran

Taman Nasional Baluran,Africa Van Java..
Ya..disanalah kita bisa melihat dan merasakan kegersangan suasana benua Afrika,lengkap dengan aneka satwa yang hidup dengan bebasnya.

Hutan Hijau Sepanjang Tahun

Dua tujuan utama kami di tempat ini adalah  Bekol Bird Watching dan Pantai Bama.

View Savana dari Bekol Bird Watching
View Ke Arah Gunung Argopuro Dari Bekol Bird Watching
Perjalanan menuju Bekol kami lalui melewati jalanan berkerikil tanpa aspal,walaupun nampak jelas sisa sisa aspal yang sudah lama rusak,tetapi memang inilah suasana yang menjadi ciri khas Baluran,semakin menunjang suasana sebagai africa van java.

African Like
Suasana kering dan gersang di sepanjang perjalanan sangat kami nikmati,hingga masuk ke area hutan hujan tropis sepanjang tahun,sungguh beda dengan suasana sebelumnya yang kering,begitu masuk kawasan hutan nan hijau ini seakan menjadi penyegar suasana,dan menariknya suasana ini hanya sebentar,sekitar satu kilometer kemudian kembali suasana afrika yang sangat kering tersaji di hadapan kami.


Tengkorak Banteng

Padang rumput mengering dan luas kami lewati,sehingga terasa betul african taste nya,terlihat seekor badak di bawah pohon di kejauhan,demikian pula seekor burung merak yang mengais makanan, ayam hutan berseliweran di sepanjang jalan,aneka burung warna warni melintas dan hinggap di pepohonan kering,juga monyet di sana sini.
Rumput Kering

Akhirnya tibalah kami di Bekol,segera kami turun, sebelum turun ada pula teman kami yang ganti kostum,gaya afrika...

Sanavah Bekol
Tak perlu menunggu lam kami langsung menuju Bekol Bird Watching,yang tingginya sekitar 10 meter dan terletak di atas perbukitan. Bergegas naik tangga rasanya sudah nggak sabar melihat pemandangan yang pasti sangat mempesona, dan benar saja sungguh lukisan Tuhan yang di sajikan untuk kita nikmati,benar benar betah rasanya berlama lama di sini,apalagi dalam cuaca yang panas terik ini,ada hembusan semilir angin dan suasana teduh karena berlindung di bawah bangunan yang menjulang ini.

Di Keteduhan
Puas disana,perjalanan kami lanjutkkan menuju pantai Bama,sebuah pantai yang masih asli dan tak banyak pengunjung,sehingga sangat leluasa bagi kami untuk menikmati suasana pantai ini.

Pantai Bama
Memang tidak sebagus suasana pantai kuta,sanur ataupun tanah lot,tetapi keaslian pantai di tengah taman nasional ini tetplah menarik untuk di kunjungi,apalagi jika suasana sore,pasti tersaji pemandangan yang cukup menarik.

Pantai Yang Sunyi
Tak banyak yang bisa kami lakukan di Pantai ini selain duduk duduk,hingga saya pun jadi nggak betah sampai akhirnya sedikit meng explore keindahannya di balik pepohonan yang menjulang, saya nekad menembus hutan kecil ini dan sampai di sebuah spot yang menarik,batu batu di pinggir pantai yang berserakan mengingatkan saya pantai Tanjung Penyusuk di Bangka,ya.. memang mirip.

Mirip Tanjung Penyusuk, Bangka
Akhirnya kami akhiri perjalanan ini, kami pulang dengan rasa puas, meski capek dan penuh peluh,tetapi cukup mengobati rasa cinta kami akan keindahan yang di sajikan Tuhan, dalam rangkaian Ijen-Baluran.

Seorang Teman Yakin Banget Batu Ini Berasal Dari Letusan Gunung Agung Bali
Sisi Lain Pantai Bama Yang Indah
Lagi Lagi Pantai Yang Indah
Mengingatkanku Suasana Pantai Di Bangka
Dari Keteduhan
Ranting Kering Dan Harapan
Dari Frame Yang Selalu Indah





















Ijen....Work Hard Play Hard


IJEN.....Work Hard Play Hard

Ijen mengisyaratkanku bahwa bila dalam hidup dan kehidupan ada kesulitan ataupun duka dan sejenisnya maka hadapilah dengan  "biasa biasa aja" , tak perlu larut terbawa,karena hanya akan  menarik duka duka yang lain yang bisa jadi berlomba lomba memunculkan dirinya.

Karenanya kusadari  ternyata anugerah terindah yang ada jauh lebih banyak  dan akan lebih banyak lagi muncul dihadapan ku. Aku tinggal membingkai  lewat frame kehidupan yang kita arahkan sendiri kemana kita mau, hingga nampak semakin jelas anugerah itu nyata dihadapanku ,persis seperti Ijen dengan penghuninya,dengan penikmatnya,dan dengan Pencipta-Nya.

Ketika kutemukan  satu frame yang indah,maka frame indah yang lain seakan menuju diriku,menunjukkan dirinya,dirinya dan dirinya.....yang tak pernah sebelumnya,dan tak pernah kuduga......kuakui...ku main hati...ku main hati......
(Walah  kok jadi mencomot syair lagu nya  Andra n The Backbone.... Main Hati)

Okay...Inilah Ijen ku...

Cerita dulu....

Rencana awal yang kususun berangkat dari Malang menuju Baluran,terus malam hari dilanjut ke Ijen melalui Bondowoso,namun seiring dinamika di perjalanan maka keberangkatan yang semula jam 6 pagi harus mundur hingga jam 9, alhasil sampai di Baluran pun sudah lebih dari jam 4 sore.

Ketika sudah sampai pintu gerbang TN Baluran,ternyata jam kunjungan sudah ditutup,artinya baru esok hari baru boleh masuk,nego pun nggak berhasil, akhirnya selepas magrib kami meluncur ke Banyuwangi,untuk persiapan menuju Paltuding,hal ini sudah diluar skenario awal yang akan mmelewati Bondowoso,akhirnya kami sepakat untuk lewat jalur Banyuwangi saja yang memang lebih dekat di banding jalur Bondowoso dari arah Baluran.

Jadilah sekitar pukul 19.30 kami berempat naik ke Paltuding,kawasan terakhir sebelum trekking ke Ijen.
Jalan yang gelap dan menanjak cukup menarik untuk dilewati,walaupun terkadang ada juga rasa ngeri,khawatir saja bila terjadi mogok atau ganti ban,wah bisa horor suasananya.Tetapi Alhamdulilah perjalanan lancar jaya,didukung jalan aspal hotmix sampai ke Paltuding membuat perjalanan semakin nyaman.

Sampai di Paltuding sekitar pukul 21.00, suasananya gelap,listrik hanya di bagian tertentu saja di kawasan itu,itupun tak lama lagi akan dimatikan,sehingga hanya sinar bulan yang menerangi temaram kawasan ini.

Bagiku suasana ini justru semakin indah,seolah melupakan hiruk pikuk dan lalu lalang orang yang sibuk dengan hidup dan kehidupannya di dunia nyata, yaa ini seperti di dunia lain saja.

Blue Fire
Sayangnya di Paltuding sinyal XL maupun Tri  nggak mau bersahabat,mereka menyembunyikan diri sejak jalan mulai menanjak naik di area perkebunan kopi yang tadi kulewati,padahal aku berharap dan berharap dapat tetap berkomunikasi,berbagi suasana dan tentu saja ber  Kakao Talk dengan emoji yang lucu dan kadang juga menggambarkan suasana hati, tapi sudahlah,rasanya memang harus allout menikmati keindahan Ijen,hingga sinyal pun seakan tak mau mengganggu keindahannya.

Menjelang Sun Rise
Kami berencana untuk naik ke kawah ijen jam 2 dini hari,dan sengaja kami duduk duduk menunggu jam keberangkatan itu diterangi sinar bulan,tetapi dinginnya suasana akhirnya membuat kami masuk ke mobil untuk menghangatkan diri sambil mendengarkan musik,kebetulan yang dapat giliran menyanyi Cakra Khan... harus terpisah...waa semakin membuat semua diam..sepi....dan tertidur.

Inilah Tambang Belerang itu
Ramai orang orang diluar membangunkan kami,kulihat jam masih jam 1 dinihari,tetapi lumayan juga bisa sedikit istirahat setelah kelelahan di perjalanan seharian tadi,akhirnya satu per satu kami persiapkan diri,kemudian melangkah menuju sebuah warung untuk sekedar mengganjal perut dengan Mie Instan dan teh panas.
Ada Aktivitas Pekerja dan Fotografer yang sibuk mengabadikan

Kira kira jam 2 pagi,kami berangkat,mulai menyusuri jalan berdebu namun lebar dan menanjak,tentu masih diikuti sang rembulan yang semakin kelihatan bundar bersinar,mengantar perjalanan kami dan juga rombongan lain yang cukup besar.

Lereng Bibir Kawah Ijen
Perjalanan malam hari memang tak terasa sehingga bisa membantu mengurangi rasa capek yang terkadang muncul karena melihat tantangan di depan yang kelihatan mendebarkan.

Danau,Kawah dan Tebing
Aku teringat kata kata indah yang sangat ku suka dalam film 5 cm :
 'saat ini yang dibutuhkan hanyalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,leher yang akan lebih sering melihat ke atas,lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan yang akan selalu berdoa..'

Larut
Tak terasa bibir kawah ijen sudah di depan mata,walaupun kaki sebetulnya masih belum begitu terasa capek... (hehe....nyombong dikits),tetapi perjalanan masih belum selesai,dan ini justru yang sangat menantang, walaupun jalannya menurun tapi terjal,berbatu dan pasti berbahaya.

Naik dari kawah tambang belerang
Berbekal lampu senter kecil kami mulai menuruni batu terjal dengan perlahan,tak jarang kami berhenti dan minggir untuk memberi kesempatan para penambang belerang yang sudah naik dari kawah....OMG aku sangat terharu dan nggak bisa membayangkan ritme kehidupan mereka,dini hari sudah harus memikul belerang di jalan batu kawah ijen yang sangat terjal, betapa ini pesan pelajaran yang disampaikan Tuhan padaku untuk selalu bersyukur pada Nya.

Danau Kawah View
Tujuan utamaku turun ke kawah adalah demi menikmati indahnya si api biru,blue fire yang keluar dari kawah belerang, dan kami pun akhirnya sampai pada jarak yang cukup dekat,lalu dengan cepat juga jepret sana sini.

Menyambut Pagi
Belum puas menikmati si api biru angin berubah arah menerjang kami semua,hingga bau menyengat dan menyesakkan memenuhi ruang paru paru, sangat  menyesakkan,hingga banyak yang berlari menjauh,cepat naik menghindar. Aku memilih berlindung di balik batu,karena kupikir pasti angin nggak akan langsung menerpa,dan betul juga.saya bisa bertahan disana,tentu saja dengan berlindung dan kututup seluruh kepala dengan kumasukkan ke kaos dan jaket.

Kokoh Dan Angkuh
Di luar kudengar orang orang masih batuk batuk, pertanda serangan asap belum mereda,saya masih bertahan di balik batu, hingga nggak ada lagi suara suara batuk,dan perlahan kuintip keluar dari persembunyianku...dan ternyata aku telah sendiriaan disana,orang orang telah menjauh...syukurlah serangan mereda dan akupun bisa melanjutkan menikmati api biru.

Sisi Lain View Dari Bibir Kawah
Bagaimanapun tempat itu bukan habitat kami yang nggak mungkin bisa bertaha lama disana,sayapun putuskan untuk naik ke bibir kawah, jalan terjal mendaki di hadapanku,hari masih gelap,semangat tetap menyala menunggu kemunculan sang surya pagi,SunRise di Kawah Ijen.

Istirahat Sejenak Untuk Melangkah

Nggak lama menunggu munculnya sang surya,akhirnya suguhan keindahan itu muncul,seiring itu pula tersibak pula keindahan sejauh mata memandang kawah ijen,sungguh menakjubkan.

Indahnya Tak Terlukiskan

Moment Dari Balik Persembunyian Hembusan Angin Dan Debu

Merangas Di Bibir Kawah

Menunggu Sun Rise

Mozaik

Di Perjalanan Pulang