IJEN.....Work Hard Play Hard
Ijen mengisyaratkanku bahwa bila dalam hidup dan kehidupan ada kesulitan ataupun duka dan sejenisnya maka hadapilah dengan "biasa biasa aja" , tak perlu larut terbawa,karena hanya akan menarik duka duka yang lain yang bisa jadi berlomba lomba memunculkan dirinya.
Karenanya kusadari ternyata anugerah terindah yang ada jauh lebih banyak dan akan lebih banyak lagi muncul dihadapan ku. Aku tinggal membingkai lewat frame kehidupan yang kita arahkan sendiri kemana kita mau, hingga nampak semakin jelas anugerah itu nyata dihadapanku ,persis seperti Ijen dengan penghuninya,dengan penikmatnya,dan dengan Pencipta-Nya.
Ketika kutemukan satu frame yang indah,maka frame indah yang lain seakan menuju diriku,menunjukkan dirinya,dirinya dan dirinya.....yang tak pernah sebelumnya,dan tak pernah kuduga......kuakui...ku main hati...ku main hati......
(Walah kok jadi mencomot syair lagu nya Andra n The Backbone.... Main Hati)
Okay...Inilah Ijen ku...
Cerita dulu....
Rencana awal yang kususun berangkat dari Malang menuju Baluran,terus malam hari dilanjut ke Ijen melalui Bondowoso,namun seiring dinamika di perjalanan maka keberangkatan yang semula jam 6 pagi harus mundur hingga jam 9, alhasil sampai di Baluran pun sudah lebih dari jam 4 sore.
Ketika sudah sampai pintu gerbang TN Baluran,ternyata jam kunjungan sudah ditutup,artinya baru esok hari baru boleh masuk,nego pun nggak berhasil, akhirnya selepas magrib kami meluncur ke Banyuwangi,untuk persiapan menuju Paltuding,hal ini sudah diluar skenario awal yang akan mmelewati Bondowoso,akhirnya kami sepakat untuk lewat jalur Banyuwangi saja yang memang lebih dekat di banding jalur Bondowoso dari arah Baluran.
Jadilah sekitar pukul 19.30 kami berempat naik ke Paltuding,kawasan terakhir sebelum trekking ke Ijen.
Jalan yang gelap dan menanjak cukup menarik untuk dilewati,walaupun terkadang ada juga rasa ngeri,khawatir saja bila terjadi mogok atau ganti ban,wah bisa horor suasananya.Tetapi Alhamdulilah perjalanan lancar jaya,didukung jalan aspal hotmix sampai ke Paltuding membuat perjalanan semakin nyaman.
Sampai di Paltuding sekitar pukul 21.00, suasananya gelap,listrik hanya di bagian tertentu saja di kawasan itu,itupun tak lama lagi akan dimatikan,sehingga hanya sinar bulan yang menerangi temaram kawasan ini.
Bagiku suasana ini justru semakin indah,seolah melupakan hiruk pikuk dan lalu lalang orang yang sibuk dengan hidup dan kehidupannya di dunia nyata, yaa ini seperti di dunia lain saja.
Blue Fire |
Sayangnya di Paltuding sinyal XL maupun Tri nggak mau bersahabat,mereka menyembunyikan diri sejak jalan mulai menanjak naik di area perkebunan kopi yang tadi kulewati,padahal aku berharap dan berharap dapat tetap berkomunikasi,berbagi suasana dan tentu saja ber Kakao Talk dengan emoji yang lucu dan kadang juga menggambarkan suasana hati, tapi sudahlah,rasanya memang harus allout menikmati keindahan Ijen,hingga sinyal pun seakan tak mau mengganggu keindahannya.
Menjelang Sun Rise |
Kami berencana untuk naik ke kawah ijen jam 2 dini hari,dan sengaja kami duduk duduk menunggu jam keberangkatan itu diterangi sinar bulan,tetapi dinginnya suasana akhirnya membuat kami masuk ke mobil untuk menghangatkan diri sambil mendengarkan musik,kebetulan yang dapat giliran menyanyi Cakra Khan... harus terpisah...waa semakin membuat semua diam..sepi....dan tertidur.
Inilah Tambang Belerang itu |
Ramai orang orang diluar membangunkan kami,kulihat jam masih jam 1 dinihari,tetapi lumayan juga bisa sedikit istirahat setelah kelelahan di perjalanan seharian tadi,akhirnya satu per satu kami persiapkan diri,kemudian melangkah menuju sebuah warung untuk sekedar mengganjal perut dengan Mie Instan dan teh panas.
Ada Aktivitas Pekerja dan Fotografer yang sibuk mengabadikan |
Kira kira jam 2 pagi,kami berangkat,mulai menyusuri jalan berdebu namun lebar dan menanjak,tentu masih diikuti sang rembulan yang semakin kelihatan bundar bersinar,mengantar perjalanan kami dan juga rombongan lain yang cukup besar.
Lereng Bibir Kawah Ijen |
Perjalanan malam hari memang tak terasa sehingga bisa membantu mengurangi rasa capek yang terkadang muncul karena melihat tantangan di depan yang kelihatan mendebarkan.
Danau,Kawah dan Tebing |
Aku teringat kata kata indah yang sangat ku suka dalam film 5 cm :
'saat ini yang dibutuhkan hanyalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,leher yang akan lebih sering melihat ke atas,lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan yang akan selalu berdoa..'
'saat ini yang dibutuhkan hanyalah kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya,mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,leher yang akan lebih sering melihat ke atas,lapisan tekad yang seribu kali lebih kuat dari baja,hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang akan yang akan selalu berdoa..'
Larut |
Tak terasa bibir kawah ijen sudah di depan mata,walaupun kaki sebetulnya masih belum begitu terasa capek... (hehe....nyombong dikits),tetapi perjalanan masih belum selesai,dan ini justru yang sangat menantang, walaupun jalannya menurun tapi terjal,berbatu dan pasti berbahaya.
Naik dari kawah tambang belerang |
Berbekal lampu senter kecil kami mulai menuruni batu terjal dengan perlahan,tak jarang kami berhenti dan minggir untuk memberi kesempatan para penambang belerang yang sudah naik dari kawah....OMG aku sangat terharu dan nggak bisa membayangkan ritme kehidupan mereka,dini hari sudah harus memikul belerang di jalan batu kawah ijen yang sangat terjal, betapa ini pesan pelajaran yang disampaikan Tuhan padaku untuk selalu bersyukur pada Nya.
Danau Kawah View |
Tujuan utamaku turun ke kawah adalah demi menikmati indahnya si api biru,blue fire yang keluar dari kawah belerang, dan kami pun akhirnya sampai pada jarak yang cukup dekat,lalu dengan cepat juga jepret sana sini.
Menyambut Pagi |
Belum puas menikmati si api biru angin berubah arah menerjang kami semua,hingga bau menyengat dan menyesakkan memenuhi ruang paru paru, sangat menyesakkan,hingga banyak yang berlari menjauh,cepat naik menghindar. Aku memilih berlindung di balik batu,karena kupikir pasti angin nggak akan langsung menerpa,dan betul juga.saya bisa bertahan disana,tentu saja dengan berlindung dan kututup seluruh kepala dengan kumasukkan ke kaos dan jaket.
Kokoh Dan Angkuh |
Di luar kudengar orang orang masih batuk batuk, pertanda serangan asap belum mereda,saya masih bertahan di balik batu, hingga nggak ada lagi suara suara batuk,dan perlahan kuintip keluar dari persembunyianku...dan ternyata aku telah sendiriaan disana,orang orang telah menjauh...syukurlah serangan mereda dan akupun bisa melanjutkan menikmati api biru.
Sisi Lain View Dari Bibir Kawah |
Bagaimanapun tempat itu bukan habitat kami yang nggak mungkin bisa bertaha lama disana,sayapun putuskan untuk naik ke bibir kawah, jalan terjal mendaki di hadapanku,hari masih gelap,semangat tetap menyala menunggu kemunculan sang surya pagi,SunRise di Kawah Ijen.
Istirahat Sejenak Untuk Melangkah |
Nggak lama menunggu munculnya sang surya,akhirnya suguhan keindahan itu muncul,seiring itu pula tersibak pula keindahan sejauh mata memandang kawah ijen,sungguh menakjubkan.
Indahnya Tak Terlukiskan |
Moment Dari Balik Persembunyian Hembusan Angin Dan Debu |
Merangas Di Bibir Kawah |
Menunggu Sun Rise |
Mozaik |
Di Perjalanan Pulang |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar